kematian di ruang icu
Tabel2. Nilai rata-rata Kecemasan sebelum dan sesudah intervensi di Ruang ICU RSUD Lamadukkelleng Kabupaten Wajo Variabel n Mean SD Min Max Pre 10 0,27 0,62 21 41 Post 0,18 0,37 14 25 Tabel 3. Selisih nilai rata-rata Kecemasan sebelum dan sesudah Intervensi di Ruang ICU RSUD Lamadukkelleng Kabupaten Wajo
Ruang perawatan intensif (ICU) hampir penuh di kota-kota besar Kolombia. Kematian yang dikonfirmasi akibat COVID-19 di Kolombia melampaui 80.000 pada Jumat (14/5), di mana kerumunan besar telah berkumpul selama berminggu-minggu untuk protes anti pemerintah. Hal tersebut kembali menjadi penanda bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.
Beritadan foto terbaru Ruang ICU - Tersisa 12 Pasien Covid-19 di Riau yang Dirawat di RSUD, Dua Pasien di Ruang ICU. Minggu, 17 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; Angka Kematian Pasien Covid-19 Meningkat, Gubernur Riau Minta Rumah Sakit Tambah Ruang ICU
KasusKematian Pasien Covid Banyak Terjadi Saat Antre di ICU
Strokemerupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. M Dengan Stroke Haemorogik Di Ruang ICU, RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat, dari tanggal 12 April sampai 14 April 2015. E. Sistematika Penulisan .
Lollar Single Coil For Humbucker Pickup. Namun, sebenarnya banyak dari pasien tersebut yang sebenarnya memiliki risiko gawat darurat kematian yang rendah. Kebutuhan mereka akan alat-alat di ICU pun tidak begitu mendesak. Selain itu, hanya sedikit sekitar 6% yang sembuh lebih cepat dbandingkan pasien yang dirawat di ruang rawat biasa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pasien yang sebenarnya tidak harus dirawat di ICU, namun ditempatkan di sana. Jadi, seperti apa kriteria pasien yang seharusnya dirawat di ICU? 1. Pasien yang harus dipantau dengan ketat Pada dasarnya, terdapat beberapa pasien yang membutuhkan perawatan dan pemantauan yang cukup ketat dari tenaga medis. Mulai dari pasien yang baru saja menjalani operasi, kecelakaan, atau mengalami cedera di kepala. Jika terjadi sesuatu hal yang sangat kritis, ruangan ICU dengan alat dan tenaga medisnya yang selalu siaga dapat bertindak dengan cepat. Selain itu, beberapa faktor seperti kondisi hemodinamik sistem aliran darah pasien, suhu ruangan, ventilasi, hingga nutrisi pun dipantau secara rutin di ICU. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan peluang hidup pasien tersebut. 2. Pasien dengan masalah paru Selain pasien yang harus dipantau dengan ketat, pasien dengan masalah paru juga sering dirawat di ICU. Misalnya, paru mereka meradang akibat cedera atau infeksi, sehingga membuat mereka sulit untuk bernapas. Kondisi tersebut terkadang membuat pasien membutuhkan alat ventilator agar mereka mudah bernapas. Oleh peralatan ruang ICU yang lengkap itulah mereka kerap dirawat di sini. 3. Pasien yang memiliki gangguan jantung Tekanan darah yang tidak stabil dan serangan jantung adalah kondisi yang sering dijumpai di ruang ICU. Oleh karena itu, dibutuhkan observasi yang lengkap untuk mengetahui penyebab dan perawatan yang tepat. Selain itu, orang yang baru saja menjalani operasi jantung rentan terhadap infeksi penyakit, sehingga memantau mereka di ruangan ICU adalah langkah yang sering diambil. Masalah ini cukup serius, terutama 24-48 jam awal yang dilalui oleh pasien. Maka itu, ICU sering digunakan untuk merawat pasien dengan masalah jantung. 4. Pasien yang terkena infeksi serius Infeksi yang parah dan serius membutuhkan perawatan yang intensif dari dokter. Misalnya, pasien yang menderita infeksi parah, sehingga menimbulkan sepsis, sangat direkomendasikan untuk dirawat di ICU. Untuk mereka yang mengalami infeksi, prioritas utama dari ICU ini adalah untuk mengobati pasien dengan cepat. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi menjalar ke organ tubuh yang penting, seperti pernapasan atau sistem saraf pusat. Sesuai namanya, ICU memang diperuntukkan untuk pasien yang membutuhkan perawatan intensif karena kondisi kesehatannya. Peralatan yang lengkap dan tenaga medis yang selalu siaga dapat membantu pasien mendapatkan perawatan kesehatan yang terbaik demi kesembuhannya.
ilustrasi tenaga kesehatan. ANTARA FOTO/Fauzan Jakarta, IDN Times - Satu tahun sudah wabah pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Selama itu juga para pejuang virus corona tetap berdiri di garis terdepan melawan pagebluk, bahkan perjuangan mereka harus dibayar dengan perjuangan melawan COVID-19 dimulai dari tenaga medis dan kesehatan yang bekerja tanpa melihat waktu, salah satunya dialami dokter Vicky. Dokter asal Jambi ini sudah hampir setahun bertugas di ruang ICU rumah sakit rujukan COVID-19 di zona merah, cerita dan duka ia lalui saat merawat pasien COVID-19. Momen kematian pasien virus corona jadi hal biasa namun membuat luka yang berulang di tengah pandemik."Selama di rumah sakit sudah ratusan pasien yang meninggal tepat, di depan mata. Konflik batin selalu terjadi, sebab kebanyakan pasien masuk ruang ICU merupakan pasien gagal napas. Kayak kita mau tindakan itu salah sampai pemasangan mesin, karena memang jatuhnya kebanyakan tidak tertolong. Apalagi belakangan ini gejala cukup variasi," ujarnya saat dihubungi IDN Times, Rabu, 3 Maret 2021 hal lagi yang membuat Vicky sulit menjalani, yakni saat memberitahukan kabar kematian pada keluarga pasien. "Bisa bayangkan kita pun harus mempersiapkan bicara ke keluarga kabar duka," ungkapnya. Baca Juga Mengharapkan Vaksin, Nakes Ini Cerita Perjuangannya Hadapi Pandemik 1. Hazmat dipakai berkali-kali hingga dua hariPetugas medis di RSUD Kabupaten Tangerang. ANTARA FOTO/FauzanVicky menarik napas sejenak, dia tiba-tiba teringat saat kali pertama menangani pasien COVID-19 pada akhir Maret 2020. Saat itu, pasien yang dirawat mulai pasien nomor 20-an. Perasaan was-was sempat merayap saat dia diberikan mandat menjadi dokter di ruang ICU pasien virus menceritakan saat awal pandemik terasa pemerintah tidak siap, ruang pasien COVID-19 di ICU masih tercampur dengan pasien biasa, bahkan tidak ada pembatas dan hazmat pun terbatas."Namun yang lebih memprihatinkan, teman-teman perawat sampai memakai hazmat yang sama selama dua hari, beberapa kali, meski sudah ada proses sterilisasi tapi beberapa hari kemudian dia terpapar," ujar Derita tenaga kesehatan memakai APD berlapisIlustrasi tenaga medis. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi Bertugas di zona merah rumah sakit, membuat Vicky harus menggunakan hazmat berlapis tiga. Pengap, hampir dia rasakan, bahkan keringat selalu mengucur membasahi tubuhnya tiap hanya hazmat yang berlapis, namun masker rangkap dua yakni masker bedah berlapis N95 dan dilengkapi googles atau kacamata khusus untuk proteksi lebih."Kondisinya cukup pengap, tapi demi proteksi, tapi lama kelamaan juga panas, berkucuran keringat, dan sesak, kadang sampai tidak bisa konsentrasi. Cukup banyak juga rekan-rekan dinas yang akhirnya dobel pampers atau kencing di celana karena susah keluar masuk dan APD kurang juga saat dinas," kata dia mengungkapkan untuk sekadar makan dan minum sangat sulit sebab sangat berisiko jika lepas pasang APD. "Jadi bisa makan minum pun setelah bersih-bersih lepas dinas," kata Saat menyerah, ingat pada sumpah dokterIlustrasi tenaga kesehatan. ANTARA FOTO/FauzanTidak hanya fisik, Vicky mengungkapkan, dari awal pandemik sampai saat ini masih banyak tenaga medis dan kesehatan yang mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Tidak sedikit yang juga diusir dari tempat kos karena dianggap membawa kuman."Karena kita kerja di rumah sakit dianggap bawa kuman jadi dikucilkan, apalagi saat awal-awal wabah," wabah yang panjang dan berat membuat nakes serta tenaga medis menyerah dan putus asa, termasuk Vicky. Dia merasa apa edukasi yang dilakukan sia-sia saat menghadapi pasien yang tidak terbuka di tengah banyak kasus, serta kematian dokter dan perawat meningkat."Menyerah pernah, bahkan keluarga minta saya meneruskan lagi saja sekolah, tapi saya ingat akan sumpah saya jadi dokter. Jadi saya akan jalani penuh tanggung jawab, ya risiko saya pun pernah terpapar, jadi saya juga seorang survivor," ujar Vicky kondisi pandemik tidak menentu membuat rekan kerjanya memilih resign karena takut terpapar COVID-19. Terlebih, masih banyak masyarakat yang menilai virus corona ladang bisnis semata."Penghasilan kami tidak besar dengan burden/beban kerja sangat tinggi, terutama dari segi psikis. Bahkan, kami juga turut bersedih banyak dari rekan-rekan kami, senior, spesialis yang ikut tumbang terpapar virus ini. Sisi lain ada rekan yang seharusnya berhak mendapat insentif pun pada kenyataannya ada yang tidak mendapat sama sekali," Kondisi kesehatan sejatinya sudah dropTenaga Medis untuk tangani virus Corona dihotelkan Facebook/Anies Baswedan Kini, setahun wabah melanda, dokter Vicky tetap berada garda terdepan menjaga dan merawat pasien COVID-19 di ruang ICU. Vicky mengungkapkan, selama beberapa minggu ini memang kasus menurun berimbas pada keterisian rumah sakit yang juga turun, namun ruang ICU masih penuh."Saya berharap pemerintah juga fokus ke kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan nakes pada khususnya, utamakan program-program preventif daripada penanganan atau kuratif saja. Untuk pengambilan kebijakan jangan dinilai secara populis saja, tapi dinilai dari berbagai sektor. Semoga penanganan pandemik di negara ini lebih baik ke depannya, kondisi kesehatan sejatinya sudah ambruk, sudah ada kerusakan kolateral," ujarnya. Baca Juga Kisah Nakes Belum Pulang Sejak Awal Pandemik COVID-19 Hingga Sekarang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1778 tahun 2010, ICU atau Intensive Care Unit merupakan salah satu instalasi rawat di rumah sakit yang khusus menangani kasus penyakit atau cedera yang mengancam nyawa ataupun memerlukan pemantauan buku Anestesiologi dan Terapi Intensif yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia PERDATIN, ICU pada awalnya dirancang sebagai sarana rawat singgah bagi pasien pascaoperasi. Barulah pada pertengahan abad ke-20, ICU mulai dimanfaatkan untuk merawat pasien yang sama-sama termasuk instalasi rawat, tetapi ICU memiliki beberapa kekhususan dibanding ruang rawat inap di rumah sakit. Mau tahu apa sajakah yang membuat ruang ICU lebih istimewa? Teruskan membaca tulisan berikut dan temukan jawabannya, Peralatan yang lebih lengkapilustrasi pemasangan pipa endotrakeal menunjang perawatan yang intens, ICU wajib memiliki beberapa peralatan dasar yang spesifik. Masih mengacu dari aturan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 519 tahun 2011, beberapa alat yang harus dimiliki oleh ICU antara lain alat ventilasi mekanis, peralatan monitor jantung-paru, pipa sambungan pembuluh darah kateter vena, dan pompa peralatan yang lebih canggih, ICU dapat melakukan beberapa tindakan yang sulit dilakukan ruang rawat biasa. Contoh tindakan yang spesifik dikerjakan di ICU, menurut Kepmenkes nomor 1778 tahun 2010, antara lain Pengaturan dosis tetesan obat dalam infus secara berkala titrasi. Pemberian oksigen dengan volume dan tekanan udara yang terukur. Pemasangan akses pembuluh darah sentral. Pemantauan irama jantung secara berkala. 2. Kondisi ruangan dikontrol secara akuratKontrol lingkungan fisik di ICU bisa mendukung kualitas tidur dan metabolisme tubuh yang optimal. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit dari Kementerian Kesehatan RI, ruangan ICU harus memiliki pendingin ruangan yang diatur sedemikian ICU harus memiliki rentang suhu antara 22–25 derajat celsius dan kelembapan antara 50–70 persen. Ruangan ICU juga harus mampu meredam bising dari telaah sistematis dalam Patient Experience Journal pada tahun 2017 mencoba mendeskripsikan perasaan pasien selama dirawat di ICU. Hasilnya, sebagian pasien menggambarkan ICU sebagai ruangan yang sangat dingin dengan suasana cukup mencekam karena dipenuhi suara mesin monitor. Mereka bahkan bisa mendengar suara derap kaki para tenaga kesehatan yang sibuk bekerja di laporan berjudul "Intensive care unit environment" dalam jurnal Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain tahun 2009, pengaturan suhu dan kelembapan seperti itu terbukti membuat tidur pasien lebih nyenyak. Suhu ideal dalam ICU juga bisa mempertahankan panas tubuh dan laju metabolisme tubuh yang optimal. Baca Juga Gamma Knife, Operasi Tumor Otak Tanpa Pisau Bedah 3. Pemantauan pasien yang lebih ketatMonitor ICU harus selalu menyala mengingat kondisi pasien di ICU bisa berubah sepanjang waktu. TolchinskiyBuku Anestesiologi dan Terapi Intensif PERDATIN edisi pertama menyarankan kapasitas tempat tidur di ICU yang ideal adalah 10 persen dari total kapasitas rumah sakit. Teorinya, satu tim penanganan di ICU sebaiknya tidak merawat lebih dari 12 pasien dalam waktu biasanya menerima pasien-pasien yang kondisinya bisa memburuk dalam hitungan menit, bahkan detik. Beberapa dosis obat-obatan yang digunakan juga harus selalu dimodifikasi sesuai kondisi pasien. Maka dari itu, pemantauan pasien pun perlu dilakukan lebih ini dikonfirmasi dari cerita pasien ICU langsung dalam Patient Experience Journal. Seorang pasien ikut merasakan sendiri bagaimana rasa cemas ketika tekanan darah pasien di sampingnya yang menurun dalam waktu singkat. Ia juga merasa dokter dan perawat di sana lebih sering berkeliling untuk memantau serta merawat pasien-pasien Tenaga kesehatan dengan kualifikasi khususTenaga kesehatan di ICU harus sudah terlatih. MelendezMengutip buku Anestesiologi dan Terapi Intensif, tim tenaga kesehatan yang bertugas di ICU sebaiknya telah memiliki pengalaman atau pelatihan khusus terkait pemberian terapi intensif. Jabatan kepala ICU juga biasanya dipegang oleh dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif, atau dokter lain yang berpengalaman dalam bidang perawatan laporan dalam American Psychologist Journal tahun 2019 mengatakan bahwa tenaga kesehatan di ICU juga memiliki kondisi mental yang memadai untuk bekerja di bawah tekanan. Lingkungan ICU sangat erat dengan suara monitor, luas ruangan yang terbatas, dan peralatan berukuran besar. Belum lagi mereka harus sering berhadapan dengan kejadian pasien sekarat hingga meninggal Pilihan obat-obatan yang khususDosis infus obat harus dipantau secara berkala. ProductionsTerdapat beberapa obat yang hanya bisa digunakan dalam setting ICU. Contohnya adalah obat pelumpuh otot seperti midazolam dan propofol. Dalam konsensus Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus terbitan Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI, pemberian infus midazolam atau propofol digunakan di ICU bagi pasien yang terus-menerus mengalami kejang selama lebih dari 30 lain yang biasa dipakai di ICU adalah obat topangan jantung seperti dobutamin dan dopamin. Mengacu pada tulisan di London Health Sciences Centre tahun 2014, obat-obatan ini harus dipantau secara ketat karena memiliki efek samping yang berat. Dengan alasan tersebut, obat-obatan ini sebaiknya tidak diberikan di ruang perawatan Biaya perawatan yang lebih tinggiPerawatan di ICU tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. segala obat-obatan serta peralatan dan pelayanan yang dimiliki, pengelolaan ICU tampaknya membutuhkan biaya yang lebih dibandingkan ruang rawat biasa. Terbukti berdasarkan data Critical Care Research and Practice tahun 2018, biaya perawatan pasien ICU di Kanada umumnya tiga kali lebih besar daripada biaya perawatan pasien dengan di Indonesia? Ternyata hasilnya tidak jauh berbeda. Jurnal elektronik Universitas Muhammadiyah Semarang berusaha menganalisis biaya perawatan pasien rawat inap di dua rumah sakit berbeda. Hasilnya, perawatan di ICU memang membutuhkan dana lebih besar. Biaya ini sebanding dengan peralatan yang lebih canggih dan beban kerja sumber daya manusia yang lebih ada orang yang ingin sakit, apalagi sampai harus menjalani perawatan di ICU atau dirawat inap. Semoga tulisan ini bisa membuka wawasanmu tentang suasana ruang ICU yang sesungguhnya, sekaligus membuatmu lebih bersyukur karena masih memiliki kondisi tubuh yang sehat. Baca Juga E-Medical Record, Teknologi yang Perlu Dimiliki Tiap Rumah Sakit IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
VIVA – Orang yang tidak disuntik vaksin 16 kali lebih berpeluang dirawat di ruang ICU atau meninggal karena COVID-19, menurut laporan negara bagian New South Wales NSW, Australia. Otoritas setempat mendesak warga untuk mendapatkan vaksin saat Australia mulai hidup berdampingan dengan virus departemen kesehatan NSW, menunjukkan hanya 11 persen dari 412 orang yang meninggal dalam wabah varian Delta selama empat bulan hingga Oktober sudah mendapatkan vaksinasi lengkap. Usia rata-rata yang meninggal adalah 82 sekitar 3 persen dari pasien ICU yang sudah divaksin lengkap, sementara lebih dari 63 persen dari kasus yang terdeteksi antara 16 Juni-7 Oktober tidak divaksin."Orang muda yang menerima dua dosis vaksin mengalami tingkat infeksi yang lebih rendah dan hampir tidak mengalami penyakit serius, sementara mereka yang tidak menerima vaksin pada kelompok usia ini berisiko lebih besar terpapar COVID-19 dan membutuhkan rawat inap," kata pejabat kesehatan NSW Kerry Chant lewat pernyataan, Selasa 9 November pada laporan tersebut sesuai dengan data dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS CDC yang pada September lalu mengatakan bahwa orang yang tidak divaksin 11 kali lebih berpotensi meninggal karena COVID-19 dibanding mereka yang divaksin sebagian besar masih bebas dari virus corona tahun ini sampai wabah varian Delta sangat menular muncul sejak Juni dan menyebabkan penguncian selama berbulan-bulan di Sydney, Melbourne dan ibu kota yang dilanda pandemi telah melonggarkan pembatasan ketat setelah target vaksinasi mencapai lebih dari 70 dan 80 vaksinasi di NSW tampaknya lebih stabil setelah dosis pertama diterima oleh hampir 94 persen penduduk yang berusia di atas 16 lebih dari total kematian di Australia dan sekitar 87 persen dari hampir infeksi selama pandemi disebabkan oleh varian tingkat kematian kini lebih rendah dibanding tahun lalu berkat peningkatan vaksinasi COVID-19 sejak Juli. Ant/Antara
Anak Asiasih 52, pasien yang meninggal dunia saat antre ruang ICU di RSUD Soewandhi Surabaya menemui Wakil DPRD Surabaya, Reni Astuti, Jumat 2/5/2023. Foto Farusma Okta Verdian/kumparanSeorang pasien bernama Asiasih 52 warga Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, meninggal dunia saat antre di ICU RSUD Soewandhi Surabaya. Ia meninggal dunia pada Rabu 31/5.Peristiwa ini diketahui dari laporan warga ke Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti. Kondisi pasien itu mengharuskan dapat perawatan intensif di ICU, tapi saat itu ruang ICU penuh."Masuk laporan warga ada pasien yang kondisinya semakin buruk tapi enggak bisa masuk ICU karena penuh," ujar Reni saat dikonfirmasi, Jumat 2/6.Pasien sempat dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat IGD sembari menunggu ada ruang ICU yang kosong. Reni bilang pihak rumah sakit baru menyatakan ada ruang yang kosong ketika Reni menanyakannya, tapi pasien sudah meninggal dunia."Saya datang, saya konfirmasi direktur memang menyatakan penuh ICU. Tapi beberapa waktu terakhir itu infonya bisa masuk ICU tapi ketika mau masuk sudah meninggal. Itu pun ketika saya sudah di sana," Sempat Ingin Merujuk Pasien Ilustrasi ambulans. Foto ShutterstockSementara itu, anak korban, Yesi Setiawati, mengatakan kejadian ini berawal saat ibunya mengeluh sakit pada Sabtu 27/5. Lalu, keluarga membawanya ke puskesmas terdekat dan langsung dirujuk ke RSUD Soewandhi di rumah sakit, Asiasih langsung dimasukkan ke ruang IGD. Selama tiga hari dirawat, ibunya itu masih di IGD. Alasannya karena belum mendapatkan ruangan."Dikasih tahu kalau ibu saya harus dirawat inap tapi enggak ada kamar dan nunggu masih antre 17," kunjung mendapatkan kamar inap, Yesi pun berinisiatif untuk memindahkan ibunya ke rumah sakit lainnya. Tapi, pihak RSUD Soewandhi tak mengizinkannya. Bahkan, pihak rumah sakit mengancam mencabut BPJS Asiasih."Di awal enggak ditawari rujuk waktu kamar penuh. Enggak ada update kurang ini-ini. Saya inisiatif cari koneksi di luar untuk cari kamar," Senin 29/5, Yesi mendapatkan kabar bahwa ada kamar yang kosong. Namun, masih ada enam antrean lagi untuk bisa menempati kamar inap pada Selasa 30/5, kondisi ibunya itu sudah memburuk dan membutuhkan perawatan intensif. Pihak keluarga juga diminta untuk menandatangani penolakan rujukan."Pihak rumah sakit baru bilang harus dirujuk ke RS lain. Tapi RS bilang kalau dirujuk belum tentu dapat kamar dan step-nya harus mulai nol lagi," pihak keluarga terpaksa menunggu kamar ICU kosong. Pada Rabu 31/5, Wakil DPRD Surabaya, Reni Astuti mengunjungi RSUD Soewandhi untuk ada empat kamar ICU yang kosong dan di hari itu juga Asiasih mengembuskan napas terakhirnya."Pas ada Bu Reni, ICU kosong empat, tapi belum masuk ke ICU ibu saya meninggal," RSUD Soewandhi SurabayaDirektur Utama RSUD Soewandhi Surabaya, Billy Daniel Messakh buka suara soal kejadian memang membenarkan pada Sabtu 27/5, ruang ICU di RSUD Soewandhi sedang penuh. Namun, ia menyangkal soal pihak rumah sakit menolak pengajuan rujukan dari keluarga."Tanggal 27 Mei dia diterima di IGD Soewandhie. Pas dia datang, kamar kita sudah penuh. Karena penuh kami tawarkan rujuk," terangnya."Keluarga menolak. Setiap penuh SOP-nya kita tawarkan rujuk, kalau tolak harus tanda tangan penolakan," tambah mengungkapkan bahwa Asiasih juga telah mendapatkan perawatan oleh dokter penanggungjawab. Pasien itu juga dinyatakan mengalami gangguan pada paru-paru."Sekitar tanggal 30 Mei kita tawarkan masuk ICU. Karena penuh kembali kita tawarkan rujuk tapi anaknya menolak dan konfirmasi ke keluarga ditawari ICU," juga menyebut bahwa pihak rumah sakit telah menawarkan kepada pihak keluarga Asiasih untuk dirujuk di rumah sakit lain. Pihak keluarganya pun memilih untuk menunggu antrean di ruang ICU RSUD Soewandhi."29 Mei itu inden masuk ICU itu ke-6. Tanggal 31 Mei dia masuk inden pertama. Tapi karena kondisi tetap menurun, kita selalu tawarkan rujuk atau menunggu, dia mau. Sudah ada tempat di dalam," pungkasnya."Keluarga nggak ngasih tahu kenapa nggak mau dirujuk. Tapi kita punya beberapa temuan kalau masuk ICU di mana tempat pun pasti nambah minimal bahan habis pakai orang tuanya misal pampers, alat mandi, kalau di Soewandhi itu semua ditanggung Pemkot," tandasnya.
kematian di ruang icu